Jumat, 05 Juli 2013

Yang Muda yang Bergairah (Dari sebuah Catatan Perkenalan)



Maaf. Karena kalian mengenalku tidak seperti aku mengenal kalian. Tetapi dari sana kudapatkan janjiku yang beberapa detik saja menuntuk eksistensinya diakui sebagai sumpah. Karena cara kita mengenal adalah restu. Sehingga pada masa pemenuhan, aka nada jamuan makan yang besar, jamuan makan kita. Pada saat itu perkenankan aku menyebut nama kalian satu persatu lalu tunduk dan membasuh kaki kalian. 

Saudara-saudaraku, manusia diciptakan dengan perbedaan lalu membesar-besarkannya, tetapi kita adalah komunitas baru atas nama kerendahan hati. Dahulu kita diangkut beramai-ramai ke dalam penjara, tetapi pada saatnya kita adalah kumpulan terhormat dalam gelak tawa kegirangan. 

Terima kasih atas segelas kopi perkenalan yang membuatku melek. Setiap hirupan telah mengalir besama darahku. Sehingga aku tahu bahwa tubuhku harus bergerak untuk setiap simpul kasih yang kita miliki. Perkenankan aku menyayat kesombongan lalu mempersebahkan korban sukacita di atas altar perdamaian.

Terima kasih atas perjalanan singkat. Kita adalah dua, tiga orang yang kaku karena saling menghargai, tetapi darinya aku berikhtiar untuk perjalanan yang lebih panjang, yang ujungnya adalah kota cahaya.

Tida ada yang dapat menghentikanku, tidak ada yang dapat menghentikan kalian. Cita-citaku adalah cita-cita kalian. Cita-cita kalian adalah cita-citaku. Ikatan itulah yang akan menerobos masa-masa kesulitan. 

Kisah wahai kisah, aku bersyukur pada kisahku, pada setiap interaksi  yang mengasahku. Aku menemui perkenalan serong dan kudapati cara meluruskannya. Aku menemui beberapa titik api kemarahan dan kudapati tetesan manjur untuk memadamkannya.

Saudara-saudaraku, telah tumbuh taji kecil yang akan terus berproses. Kita telah menjadi satu barisan yang berhasil membuka pintu pertama, lalu terlihatlah bentangan jalan.  Tenang-tenang saja! Mari bergandengan tangan, kita tinggal melangkahkan kaki!

Sambutlah kami semak belukar, sambutlah kami akar-akar rimba. Bahkan jika jurang membentang kami akan melayang, jika laut pun kami akan berjalan di atasnya. 

Ini bukan harapan satu orang, tapi sekumpulan orang. Sehingga asap dari dupa mengepul dan wanginya semerbak. Janji-janji pun dikukuhkan hingga tak sekedar janji.

Oleh: C. Tefbana