Maaf. Karena kalian mengenalku
tidak seperti aku mengenal kalian. Tetapi dari sana kudapatkan janjiku yang
beberapa detik saja menuntuk eksistensinya diakui sebagai sumpah. Karena cara kita
mengenal adalah restu. Sehingga pada masa pemenuhan, aka nada jamuan makan yang
besar, jamuan makan kita. Pada saat itu perkenankan aku menyebut nama kalian
satu persatu lalu tunduk dan membasuh kaki kalian.
Saudara-saudaraku, manusia
diciptakan dengan perbedaan lalu membesar-besarkannya, tetapi kita adalah
komunitas baru atas nama kerendahan hati. Dahulu kita diangkut beramai-ramai ke
dalam penjara, tetapi pada saatnya kita adalah kumpulan terhormat dalam gelak
tawa kegirangan.
Terima kasih atas segelas kopi
perkenalan yang membuatku melek. Setiap hirupan telah mengalir besama darahku. Sehingga
aku tahu bahwa tubuhku harus bergerak untuk setiap simpul kasih yang kita
miliki. Perkenankan aku menyayat kesombongan lalu mempersebahkan korban sukacita
di atas altar perdamaian.
Terima kasih atas perjalanan
singkat. Kita adalah dua, tiga orang yang kaku karena saling menghargai, tetapi
darinya aku berikhtiar untuk perjalanan yang lebih panjang, yang ujungnya
adalah kota cahaya.
Tida ada yang dapat
menghentikanku, tidak ada yang dapat menghentikan kalian. Cita-citaku adalah
cita-cita kalian. Cita-cita kalian adalah cita-citaku. Ikatan itulah yang akan
menerobos masa-masa kesulitan.
Kisah wahai kisah, aku bersyukur
pada kisahku, pada setiap interaksi yang
mengasahku. Aku menemui perkenalan serong dan kudapati cara meluruskannya. Aku menemui
beberapa titik api kemarahan dan kudapati tetesan manjur untuk memadamkannya.
Saudara-saudaraku, telah tumbuh
taji kecil yang akan terus berproses. Kita telah menjadi satu barisan yang
berhasil membuka pintu pertama, lalu terlihatlah bentangan jalan. Tenang-tenang saja! Mari bergandengan tangan,
kita tinggal melangkahkan kaki!
Sambutlah kami semak belukar,
sambutlah kami akar-akar rimba. Bahkan jika jurang membentang kami akan
melayang, jika laut pun kami akan berjalan di atasnya.
Ini bukan harapan satu orang,
tapi sekumpulan orang. Sehingga asap dari dupa mengepul dan wanginya semerbak.
Janji-janji pun dikukuhkan hingga tak sekedar janji.
Oleh: C. Tefbana