Sabtu, 26 Mei 2012

Balada Petang Perjalanan


Pada petang perjalanan
Ketika deru mesin perlahan
Ketika seperti biasa aku mendayu dalam lamun kerinduan

Samar seorang pemuda terhuyung di tengah jalan
Badannya penuh tato, rambut urakan
Dengan celana jeans ada bolong-bolongan
Preman, itu pasti preman!

Kutarik nafas, kuarahkan motor sedikit ke tepian
Dengan soelah-olah tidak menghiraukan
Kutambah sedikit, sedikit , sedikit, kecepatan
Alahmak, roda berputar dalam ketakutan, menepis bebatuan

Dan ketika tepat berpapasan,….
Aku terpejam, angin yang melabrak membawaku dalam sebuah pusaran
Ah, tubuhku terpelanting, aku tercebur dalam selokan
Celaka, celaka! dasarnya lumpur pula  yang menarikku pada kedalaman
Untungnya sepasang tangan menariku dengan cekatan
Itu dia, pemuda yang kusangka preman memberikan pertolongan

Kubersihkan pakaian dengan wajah memalukan
Lalu  kudengar Sang Pemuda berucap dalam sajak kebijaksanaan
“Itu dia kehidupan kawan
Jeratnya adalah lamunan dan ketakutan
Namun semua ada bukan tanpa perhitungan
Lamunan untuk tempat orang menggantungkan impian
Dan ketakutan untuk menguji nyali setiap insan
Para pecundang akan terhanyut dalam buaian
Dan dengan perlahan terbenam dalam lumpur kehancuran
Tetapi para pemenang adalah pemegang kehidupan
Karena mereka menapakinya dengan keberanian
Dan meeneguhkannya dengan ketabahan
Ketabahanlah yang mengangkatmu ketika engkau mengalami kejatuhan.
Karena darinyalah, Yang Maha Penolong berkenan”

Aku tersentak, sungguh pria ini bukan preman.
Namun sebelum kujabat tangannya, aku kembali terbawa oleh sebuah pusaran
Hanya samar kulihat Sang Pemuda menjelma, tampak seperti raja dengan segala keagungan  
Lalu sebuah cahaya menjemputnya, Ia terangkat dalam awan-awan.
Dan seketika itu aku kembali berkendara,  menempuh jalan-jalan dalam kekuatan.

Oleh: C. Tefbana