Cepat atau lambat
akan kubalas, karena aku pendendam. Jika orng-orang tidak suka, atau beberapa
diantaranya mencoba menenangkanku, sesungguhnya mereka tak dapat menjamin
insafku. Karena pendedam menunggu amarahnya matang. Dan ketika masanya dipetik,
dia sendiri tak dapat menahannya.
Semua cerita tentang
pengampunan kuketahui, lalu kulakoni amalannya, namun tumpukan rasa sakit
menghapusnya kembali. Aku pendendam,
menari-nari di bawah selangkangan, diiring lirih senandung kenistaan. Terkurung
di antara hitam dan putih, bersama bayang kutukan yang mengerikan.