Minggu, 11 Maret 2012

Balada Sang Pecinta

Pada puncak tanjakan,
pada gelap malam dalam guyur hujan,
Terjerembab  Sang Pecinta,
Tengkurap, merangkak
Mengalir deras darah dari lututnya

Tapi siapakah yang akan membalut luka itu?
Sendiri Ia, bahkan tubuhnya tak lagi berasa

Dan dari kilatan terdengar jelas
‘Berhentilah sampai disitu!
Inilah akhir lelah kakimu!
Inilah akhir jalanmu!

Tanpa haru, tanpa erang
Dalam rangkak tak mampu Ia tegak,
Lalu terjerembab kembali
Pada becek puncak tanjakan bercampur kerikil

Sayu  matanya,
Dari samar rimbun dedaunan sekelebat cahaya menyapa hangat
‘Aku panggil kamu Sang Pecinta, dalam tidur yang panjang’
Dan pada kaku tubuhnya senyuman itu tampak
Senyum Sang Pecinta

Oleh: C. Tefbana