Sabtu, 27 Oktober 2012

Salam Muda!


Salam, wahai pemuda, Telah kudengar kabar tentangmu. Tentang segala tindakanmu yang hebat di masa lalu. Tentang sumpah yang kau ikrarkan  bersama teman-temamu . Jika hari itu tidak ada, tidak ada pula simpul yang begitu kuat untuk kebhinekaan negeri ini. Juga Tentang keberanianmu membawa Bung Karno ke Rengasdengklok. Jika hari itu tidak ada, entah sampai kapan kita merdeka. Oh iya, masih ada lagi, yaitu Tentang Kekuatanmu mengubah masa. Ketika orde lama kehilangan kendali, engkau mengubahnya menjadi orde baru, Ketika orde baru tejebak tirani, engkau hadirkan reformasi. Jika hari itu tidak ada, entah kemana negeri ini.

Tetapi sekarang matamu terlihat redup wahai pemuda, mungkin terlalu banyak menghisap rokok. Oh,  Itu belum seberapa, sepertinya kamu telalu banyak memakai narkoba. Hancur!. Yang terlihat darimu sekarang adalah wajah-wajah kekerasan tanpa arah yang jelas. Ricuh sepertinya menjadi agenda utamamu dalam setiap aksi. Hanya ricuh!. Maklum, engkau berpikir sambil melayang.  Seperti kabut yang diterbangkan angin, idemu tinggal ide. Kamu lupa dengan apa yang kamu ucapkam, karena itu hanya terbesit di saat puyengmu.

Kebebasan yang kamu ciptakan telah memakanmu, karena kamu menggunakannya dengan kebablasan. Teknologi menggerogotimu, foto-foto telanjang membintilkan matamu. Kamu jadi  enggan berkarya, karna banyak yang instan, tinggal copy ajakan selesai!  Kamu lebih banyak bercerita tentang kegalauan daripada semangat yang menggebu. Hancur!

Perlu obat, yang kamu perlukan adalah ramuan khusus, yang diracik oleh para penghulu. Tentu saja oleh para penghulu yang benar-benar penghulu. Orang-orang tua yang telah berhasil memberi teladan, yang dari mulutnya dapat disemburkan wejangan ajaib yang akan menyebuhkanmu. Mereka masih ada, meskipun sudah langka. 

Jika telah cerah matamu, kamu akan kembali dapat melihat dengan benar. Yang ada di sekelilingmu. sudah sangat mendesak. Kesenjangan miskin dan kaya, korupsi, kehancuran alam, konflik berbau sara. Semuanya menunggu pulihnya engkau. Karena sumpahmu perlu dimateraikan kembali. Keberanianmu perlu direka ulang, untuk membuka hati para pemimpin. Dan masa kebebasan perlu disapu noda-nodanya. Semua Pekerjaan itu hanya mampu dikerjakan olehmu, bukan anak-anak, juga bukan mereka yang telah tumbuh ubannya.

Pemuda! pemuda! biarlah orang melihat pemuda adalah pemuda. Pemuda adalah pendobrak, maka ia akan mendobrak.  Pemuda adalah sumber pembaharuan, maka ia akan  membawa pembaharuan,  pemuda ialah insan produktif, maka ia akan  membagikan karyanya.

Sungguh, tiada negeri yang dapat bertahan tanpa kekuatan para pemudanya!?

Oleh: C.Tefbana