Jumat, 29 Juli 2011

Mari ke Kedai!


Teman-temanku, mari kita duduk bersama. Di sana ada sebuah kedai, tempat kita dahulu berbagi cerita. Dan hari ini, waktu membawa kita bertemu kembali. Mari kita pergi pada kedai yang sama. Jangan khawatir, tenang saja,  sebab aku yang akan membayar semuanya. Kopi pahit kesuakaan kita akan kupesankan untuk kalian. Dan tentu saja sebungkus rokok kretek, untuk sekedar mengenang kebersamaan.
Mari bercerita, mari meminum kopi pahit. Sebab memang kepahitan bukan untuk disesali, tetapi untuk dirasakan agar kita menjadi manusia yang lebih kuat. Bukankah empedu
yang pahit dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Dan bukankah dengan mengenal rasa pahit kita dapat mengenal rasa manis.
Mari bercerita, mari mengisap dalam-dalam rokok kretek kesukaan kita dahulu, yang sekarang rasanya mungkin tidak lagi nikmat karena kita telah berpindah pada merek rokok yang lain, yang baunya lebih harum.  Isap dan rasakan aromanya yang tak lagi nyaman dan bahkan tekesan busuk, lalu hembuskan perlahan. Seperti yang seharusnya kita lakukan sekarang. Membuang segala kebusukan di hati kita yang kadangkala berbuat seenaknya bahkan berlaku bengis pada sesama, pada sahabat-sahabat dan pada keluarga kita.
Dan lihatlah teman-temanku, di pojok inilah dahulu kita sering duduk. Inilah meja andalan kita. Dahulu meja ini persegi, namun sekarang diubah menjadi bundar. Dengan meja ini, tiada lagi tampak perbedaan antara kita. Tidak ada sekat, tidak ada sudut yang memisahkan seorang dengan yang lainya, karena memang pada dasarnya setiap orang itu sama. Seperti meja inilah seharusnya kita, karena sekelompok orang yang bergandengan tangan tentunya akan membentuk sebuah lingkaran. 
Mari kita bercerita sepuasnya di kedai ini. Kita bahas tentang kampung halaman kita. Tentang masa kecil kita. Dahulu kita sering bermain bersama. Kita bermain di antara rimbun pepohonan. Kita mandi pada sungai yang jernih. Tapi sekarang, kampung kita terasa agak panas, cuacanya berubah. Sungai-sungainyapun mulai dikotori sampah. Semuannya seakan berubah. Meskipun adapula yang tak pernah berubah; jalan dan jembatan kita yang dari dulu sampai sekarang sepertinya begitu-begitu saja.
Akhirnya, Kita bercerita teman-temanku, mari meminum kopi pahit, mari mengisap rokok kretek kesukaan kita, mari bercerita tentang kampung halaman kita. Di sini kita ceritakan segalannya. Masa lalu untuk kelakar dan senyuman. Masa kini, untuk kita hadapi. Masa depan, untuk kita gapai bersama.
                                                                                                                                   Oleh: C. Tefbana